Selasa, 31 Juli 2012

Suara Hatiku padamu wahai Tuhan


Dalam  keheningan malam kutelusuri sebuah arti kehidupan yang kadang melelahkan fikiran dan menjenuhkan perasaan anak manusia di bumi pertiwi yang tercinta ini, kadang datang, kadang pergi dengan harapan pasti seperti terjadinya  bangsa kita kali ini, disisi sana ada orang yang kelaparan disisi  lainnya orang pesta pora dengan riang gembiranya mereka menghamburkan makanan, seperti perbedaan panasnya api neraka yang membakar manusia-manusia yang berbuat kemungkaran dan kekejian didunia dengan badan hangus sekujur tubuh  kemudian dihidupkan lagi  dan dibakar kembali sampai dosa-dosanya habis. Begitu pula harum parfum surga firdausi yang dimimpikan mereka–mereka yang beriman di tepi telaga kehinaan dan penderitaan sewaktu di dunia  yang fana ini. Itu semua arti kiasan dari kehidupan negara yang sedang berkembang ini dengan seorang presiden yang suka akan wisata  untuk menimba ilmu di negara lain.

Yang harus kupahami adanya realita bahwa setiap pergulatan hidup ini penuh dengan rintangan dan hambatan yang harus kita hadapi bersama, dalam menyongsong  Indonesia baru  di era millenium yang membuat manusia-manusia kehilangan akan jati dirinya, dibalik terali besi penjara idiologi dan terkurung mutiara di dalam samudra fikiran orang-orang yang mengerti politik dan tata negara yang pasti. Yang jelas setiap kemesraan antara anak cucu Adam di hamparan  tikar tembikar yang berantakan terbakar oleh keinginan individualistik semata yang banyak membuahkan  kekecewaan dalam putaran roda kehidupan, seperti yang pernah kita tela'ah dalam konteks mencari barokah dari Allah SWT, bahwa untuk mendapatkan negara yang berkah harus ada beberapa pilar yang fondamental, meliputi:

1. Mereka-mereka yang beriman kepada Allah kepada rasulNya,    pemimpinnya, sumber hukumnya  dan kebudayaan yang    dianutnnya;
2. Mereka-mereka yang  mendirikan sembayang /sholat dan atau membiasakan berdo’a kepada sang Penguasa sepenuh jiwa dan raganya ;
3. Mereka-mereka yang memberikan sebagian rezekinya kepada mereka-mereka yang membutuhkan sesuai dengan segmentasi serta status  yang mereka-mereka ketahui, sebagai contoh misalnya: bagi mereka-mereka yang mempunyai rumah lebih  dari sepuluh  diberikan pada orang-orang yang sama sekali tidak mempunyai tempat tinggal  sesuai dengan tipe dan status sosialnya atau bagi mereka-mereka yang memiliki  makanan, uang atau kendaraan yang berlebihan diberikan pada mereka-mereka  yang membutuhkan;
4. Mereka-mereka yang selalu mentaati hukum Tuhan sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing;
5. Mereka-mereka yang selalu patuh pada Rasullallah dan para pemimpinnya sesuai dengan idiologi yang tidak bertentangan dengan ajaran kebenaran dan keadilan serta keluhuran budi pekerti ;
6. Mereka-mereka yang selalu berjuang menegakkan kebaikan dan kebenaran serta berjuang menyingkirkan dan menghancurkan segala kemaksiatan, kemungkaran, kesombongan, keserakahan, keangkuhan, ketamakan  dan hal-hal  yang sifatnya merusak kodrat kemanusiaan yang ber- KeTuhanan Yang Maha Esa  serta kemanusiaan Yang adil dan beradab. Namun sejauh  mata kita memandang  kehidupan diantara puing-puing  yang berserakan percintaan  anak manusia yang selalu diringi dengan asmara dibalik tirai kejuhudan kepada dunia, tampak jelas bahwa segala sesuatu yang kita cari-cari ini selalu ada badai gelombang yang menghadang serta mentelantarkan buah hati kejurang  kedukaan, kesedihan  dan kenistaan. sebaliknya  dalam konteks negara yang makmur adalah pengejahwantaan konsep keimanan, keilmuan dan pengamalan sebagaimana kerajaan-kerajaan  dimasa Nabi Yusuf  alaihi salam “terlihat jelas bahwa dalam mengatur roda pemerintahan terdapat konsep dan planning yang sangat matang, itu semua dikarenakan tekstual Teori Tuhan yang  Maha Esa terkolaborasi dengan fenomena Kehidupan sehari-hari, seperti mimpinya sang "Raja"  tentang 7 sapi kurus-kurus  memakan 7 sapi gemuk-gemuk, itu adalah sebuah teori Tuhan  yang dapat dimengerti oleh mereka-mereka yang diberi petunjuk sekaligus kita harus mampu menela'ah dan mengkaji sejauh mana Ilham yang diberikan pada Sang Raja tersebut, untuk Pelajaran Kehidupan  yang akan datang.

Keinginan itulah  aku coba untuk mengadopsi antara "asmara dan negara"  sebagai wacana pengkajian ulang akan sebuah fenomena the way of living dan the way of thingking. Terlepas “pengertian asmara adalah suatu ungkapan perasaan kasih sayang dan cinta serta simpati sekaligus impati  seseorang maupun makhluk yang hidup ini untuk mewujudkan manisfestasi persatuan lahiriyah dan bathiniyah dalam wahana kebersamaan keinginan adalah suatu anugerah Tuhan “ Anak manusia yang terlahir di hamparan permadani Tuhan ini,  kiranya seperti melati putih  yang tumbuh di semak belukar sehari tumbuh sehari gugur dalam mengemban visi dan misi  makhluk yang bernama bunga atau kelompok bunga-bungaan, sebagaimana methaforis di bawah ini :
“ Apabila  seseorang mandi, maka pada umumnya  sudah menjadi keharusan serta suatu perbuatan yang benar apabila air yang disiramkan pasti dari atas terlebih dahulu dan selanjutnya ke bawah  bukan sebaliknya dari bawah keatas atau juga hanya dari leher kebawah sehingga kepalanya tidak terbasuh, begitu pula logika hukum yang harus diterapkan di negara kita ini. Dalam pemikiranku bahwa untuk menjadikan negara yang patuh diikuti apabila sebuah negara tersebut mampu melaksanakan hukum dari segala lapisan atau dengan kata lain hukum yang ada di negara tersebut adil dan benar di terapkan. Itu berarti pula bahwa untuk terciptanya supremasi hukum hal yang sangat mendasar adalah harus diberikan contoh suri tauladan  terlebih dahulu oleh seorang pemimpin maupun pimpinan serta Alim ulama, tokoh agama sekaligus system yang ada, dengan perwujudan kongkritnya sosialisasi supremasi hukum di laksanakan yaitu harus berani mengatakan dan menghukum seseorang yang terbukti bersalah malaupun yang terhukum, terdakwa atau terkena sanksi tersebut adalah seorang pejabat. Sebab pada hakekatnya suatu hukum adalah kebijaksanaan publik untuk memberikan sanksi terhadap makhluk atau manusia yang telah melanggar aturan yang telah di sepakati maupun telah di sampaikan atau diUndangkan . dan yang jelas prasyarat berdirinya sebuah negara seharusnya disamping mempunyai wilayah, mempunyai Pemerintahan dan mempunyai rakyat , harus adanya hukum yang berjalan yang baik dan benar untuk mentertibkan aturan main dalam sebuah negara tersebut, sebagaimana saya katakana kalau negara tersebut mampu dan berani memberikan sanksi hukum terhadap si pelanggar hukum , maka negara tersebut akan di jadikan barometer  teori kehidupan barbangsa dan bernegara  , sebagaimana terpetik dalam syairku “

Wahai para pembesar Negeri
Berikan contoh bahwa engkau mampu
Mampu membuat hukum yang baik dan benar
Mampu menghukum  engkau sendiri
Dan mampu menhukum setiap saat
Dimana saja engkau berada
Dengan siapa saja engkau lakuhkan sama
Wahai pembesar Negeri
Sebenarnya Negeri ini nan elok cantik jelita
Sehingga sudah menjadi kewajiban dan keharusan
Engkau kibarkan panji KeAdilan
Panji Kebenaran
Panji kemakmuran
Panji perdamaian
Dan kibarkan panji keluhuran budi pekertimu..!

Terlepas itu kusadari bahwa kedukaan sang pembawa coretan tinta ketulusan dibalik terali besi penjara ketakaburan sang penentang kemesraan dan kedamaian  kehidupan ini terasa menyengat kalbu para pembawa kabar kebenaran dan kebaikan untuk masyarakat  dan bangsa juga negara yang selalu berpelukan dengan dinamika dan romantika percaturan politik  serta cengkraman  kuku singa kegetiran perasaan disaat asmara para pejuang idealisme  suatu bangsa yang terbingkai dalam Negara kesatuan Republik Indonesia dilunturkan oleh penodaan pengkianatan kapitalism, kolonialisme Ekonomi pasca Milinium IV decade sekarang ini .
Yang jelas dalam konteks kemesraan dan Kenegaraan harus kita wujudkan dalam sebuah kehidupan di Negara kita ini , artinya setiap indiviualistik  masyarakat yang sekarang ini sedang menjalar  hampir di seluruh urat saraf komponen bangsa Indonesia , harus mampu terkikis habis oleh sejuknya angin demokrasi yang akan bergulir di segala penjuruh   Tanah Air Indonesia , sehingga Negara dan Bangsa  Indonesia  mampu melintasi dan menjawab  setiap problematika yang ada serta  perbedaan sesama rakyat  dan bangsa-bangsa yang ada di dunia “ seperti kumbang yang ingin memadu kasih dengan mesranya pada bunga-bunga yang tumbuh di halaman sebuah areal ketulusan dalam menciptakan  madu kesehatan  untuk para makhluk yang membutuhkan serta menginginkan nikmatnya Anugerah Tuhan yang berupa madu tersebut, atau sebaliknya Kusarankan padamu wahai para penghuni lembaran alam jagat raya yang fana ini ,”sebelum engkau menghadap Sang Maha pencipta  sudahkan engkau lakuhkan mencari hakekatnya antara asmara dan negara dalam perwujudan pelarutan diri  pada hal-hal yang amat di cintai oleh Tuhanmu dalam mengemban amanah bertiupnya angin demokrasi di Negara kesatuan Republik Indonesia . oleh sebab itu mari kita renungi hidup ini sejenak (Tahan nafas dalam-dalam hitung sampai tujuh belas kali kemudian keluarkan melalui mulut berlahan-lahat, dan rasakan )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar