Dalam keheningan malam kutelusuri sebuah arti
kehidupan yang kadang melelahkan fikiran dan menjenuhkan perasaan anak manusia
di bumi pertiwi yang tercinta ini, kadang datang, kadang pergi dengan harapan
pasti seperti terjadinya bangsa kita
kali ini, disisi sana ada orang yang kelaparan disisi lainnya orang pesta pora dengan riang
gembiranya mereka menghamburkan makanan, seperti perbedaan panasnya api neraka
yang membakar manusia-manusia yang berbuat kemungkaran dan kekejian didunia
dengan badan hangus sekujur tubuh
kemudian dihidupkan lagi dan
dibakar kembali sampai dosa-dosanya habis. Begitu pula harum parfum surga
firdausi yang dimimpikan mereka–mereka yang beriman di tepi telaga kehinaan dan
penderitaan sewaktu di dunia yang fana
ini. Itu semua arti kiasan dari kehidupan negara yang sedang berkembang ini
dengan seorang presiden yang suka akan wisata untuk menimba ilmu di negara lain.
Yang harus kupahami adanya
realita bahwa setiap pergulatan hidup ini penuh dengan rintangan dan hambatan
yang harus kita hadapi bersama, dalam menyongsong Indonesia baru di era millenium yang membuat manusia-manusia
kehilangan akan jati dirinya, dibalik terali besi penjara idiologi dan
terkurung mutiara di dalam samudra fikiran orang-orang yang mengerti politik
dan tata negara yang pasti. Yang jelas setiap kemesraan antara anak cucu Adam
di hamparan tikar tembikar yang
berantakan terbakar oleh keinginan individualistik semata yang banyak
membuahkan kekecewaan dalam putaran roda
kehidupan, seperti yang pernah kita tela'ah dalam konteks mencari barokah dari
Allah SWT, bahwa untuk mendapatkan negara yang berkah harus ada beberapa pilar
yang fondamental, meliputi:
1. Mereka-mereka yang beriman
kepada Allah kepada rasulNya,
pemimpinnya, sumber hukumnya dan
kebudayaan yang dianutnnya;
2. Mereka-mereka yang mendirikan
sembayang /sholat dan atau membiasakan berdo’a kepada sang Penguasa sepenuh
jiwa dan raganya ;
3. Mereka-mereka yang memberikan sebagian rezekinya kepada mereka-mereka yang
membutuhkan sesuai dengan segmentasi serta status yang mereka-mereka ketahui, sebagai contoh
misalnya: bagi mereka-mereka yang mempunyai rumah lebih dari sepuluh
diberikan pada orang-orang yang sama sekali tidak mempunyai tempat
tinggal sesuai dengan tipe dan status
sosialnya atau bagi mereka-mereka yang memiliki
makanan, uang atau kendaraan yang berlebihan diberikan pada
mereka-mereka yang membutuhkan;
4. Mereka-mereka yang selalu
mentaati hukum Tuhan sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing;
5. Mereka-mereka yang selalu
patuh pada Rasullallah dan para pemimpinnya sesuai dengan idiologi yang tidak
bertentangan dengan ajaran kebenaran dan keadilan serta keluhuran budi pekerti
;
6. Mereka-mereka yang selalu
berjuang menegakkan kebaikan dan kebenaran serta berjuang menyingkirkan dan
menghancurkan segala kemaksiatan, kemungkaran, kesombongan, keserakahan,
keangkuhan, ketamakan dan hal-hal yang sifatnya merusak kodrat kemanusiaan yang
ber- KeTuhanan Yang Maha Esa serta
kemanusiaan Yang adil dan beradab. Namun sejauh
mata kita memandang kehidupan
diantara puing-puing yang berserakan
percintaan anak manusia yang selalu
diringi dengan asmara dibalik tirai kejuhudan kepada dunia, tampak jelas bahwa
segala sesuatu yang kita cari-cari ini selalu ada badai gelombang yang
menghadang serta mentelantarkan buah hati kejurang kedukaan, kesedihan dan kenistaan. sebaliknya dalam konteks negara yang makmur adalah
pengejahwantaan konsep keimanan, keilmuan dan pengamalan sebagaimana
kerajaan-kerajaan dimasa Nabi Yusuf alaihi salam “terlihat jelas bahwa dalam
mengatur roda pemerintahan terdapat konsep dan planning yang sangat matang, itu
semua dikarenakan tekstual Teori Tuhan yang
Maha Esa terkolaborasi dengan fenomena Kehidupan sehari-hari, seperti
mimpinya sang "Raja" tentang 7
sapi kurus-kurus memakan 7 sapi
gemuk-gemuk, itu adalah sebuah teori Tuhan
yang dapat dimengerti oleh mereka-mereka yang diberi petunjuk sekaligus
kita harus mampu menela'ah dan mengkaji sejauh mana Ilham yang diberikan pada
Sang Raja tersebut, untuk Pelajaran Kehidupan
yang akan datang.
Keinginan itulah aku coba untuk
mengadopsi antara "asmara dan negara"
sebagai wacana pengkajian ulang akan sebuah fenomena the way of living
dan the way of thingking. Terlepas “pengertian asmara adalah suatu ungkapan
perasaan kasih sayang dan cinta serta simpati sekaligus impati seseorang maupun makhluk yang hidup ini untuk
mewujudkan manisfestasi persatuan lahiriyah dan bathiniyah dalam wahana
kebersamaan keinginan adalah suatu anugerah Tuhan “ Anak manusia yang terlahir
di hamparan permadani Tuhan ini, kiranya
seperti melati putih yang tumbuh di
semak belukar sehari tumbuh sehari gugur dalam mengemban visi dan misi makhluk yang bernama bunga atau kelompok
bunga-bungaan, sebagaimana methaforis di bawah ini :
“ Apabila seseorang mandi, maka
pada umumnya sudah menjadi keharusan
serta suatu perbuatan yang benar apabila air yang disiramkan pasti dari atas
terlebih dahulu dan selanjutnya ke bawah
bukan sebaliknya dari bawah keatas atau juga hanya dari leher kebawah
sehingga kepalanya tidak terbasuh, begitu pula logika hukum yang harus diterapkan
di negara kita ini. Dalam pemikiranku bahwa untuk menjadikan negara yang patuh
diikuti apabila sebuah negara tersebut mampu melaksanakan hukum dari segala
lapisan atau dengan kata lain hukum yang ada di negara tersebut adil dan benar
di terapkan. Itu berarti pula bahwa untuk terciptanya supremasi hukum hal yang
sangat mendasar adalah harus diberikan contoh suri tauladan terlebih dahulu oleh seorang pemimpin maupun
pimpinan serta Alim ulama, tokoh agama sekaligus system yang ada, dengan
perwujudan kongkritnya sosialisasi supremasi hukum di laksanakan yaitu harus
berani mengatakan dan menghukum seseorang yang terbukti bersalah malaupun yang
terhukum, terdakwa atau terkena sanksi tersebut adalah seorang pejabat. Sebab
pada hakekatnya suatu hukum adalah kebijaksanaan publik untuk memberikan sanksi
terhadap makhluk atau manusia yang telah melanggar aturan yang telah di
sepakati maupun telah di sampaikan atau diUndangkan . dan yang jelas prasyarat
berdirinya sebuah negara seharusnya disamping mempunyai wilayah, mempunyai
Pemerintahan dan mempunyai rakyat , harus adanya hukum yang berjalan yang baik
dan benar untuk mentertibkan aturan main dalam sebuah negara tersebut,
sebagaimana saya katakana kalau negara tersebut mampu dan berani memberikan
sanksi hukum terhadap si pelanggar hukum , maka negara tersebut akan di jadikan
barometer teori kehidupan barbangsa dan
bernegara , sebagaimana terpetik dalam
syairku “
Wahai para pembesar Negeri
Berikan contoh bahwa engkau mampu
Mampu
membuat hukum yang baik dan benar
Mampu menghukum
engkau sendiri
Dan
mampu menhukum setiap saat
Dimana saja engkau berada
Dengan
siapa saja engkau lakuhkan sama
Wahai pembesar Negeri
Sebenarnya
Negeri ini nan elok cantik jelita
Sehingga
sudah menjadi kewajiban dan keharusan
Engkau kibarkan panji KeAdilan
Panji
Kebenaran
Panji
kemakmuran
Panji
perdamaian
Dan
kibarkan panji keluhuran budi pekertimu..!
Terlepas itu kusadari bahwa kedukaan sang pembawa
coretan tinta ketulusan dibalik terali besi penjara ketakaburan sang penentang
kemesraan dan kedamaian kehidupan ini
terasa menyengat kalbu para pembawa kabar kebenaran dan kebaikan untuk
masyarakat dan bangsa juga negara yang
selalu berpelukan dengan dinamika dan romantika percaturan politik serta cengkraman kuku singa kegetiran perasaan disaat asmara
para pejuang idealisme suatu bangsa yang
terbingkai dalam Negara kesatuan Republik Indonesia dilunturkan oleh penodaan
pengkianatan kapitalism, kolonialisme Ekonomi pasca Milinium IV decade sekarang
ini .
Yang jelas dalam konteks kemesraan dan Kenegaraan
harus kita wujudkan dalam sebuah kehidupan di Negara kita ini , artinya setiap
indiviualistik masyarakat yang sekarang
ini sedang menjalar hampir di seluruh
urat saraf komponen bangsa Indonesia , harus mampu terkikis habis oleh sejuknya
angin demokrasi yang akan bergulir di segala penjuruh Tanah Air Indonesia , sehingga Negara dan
Bangsa Indonesia mampu melintasi dan menjawab setiap problematika yang ada serta perbedaan sesama rakyat dan bangsa-bangsa yang ada di dunia “ seperti
kumbang yang ingin memadu kasih dengan mesranya pada bunga-bunga yang tumbuh di
halaman sebuah areal ketulusan dalam menciptakan madu kesehatan untuk para makhluk yang membutuhkan serta
menginginkan nikmatnya Anugerah Tuhan yang berupa madu tersebut, atau
sebaliknya Kusarankan padamu wahai para penghuni lembaran alam jagat raya yang
fana ini ,”sebelum engkau menghadap Sang Maha pencipta sudahkan engkau lakuhkan mencari hakekatnya
antara asmara dan negara dalam perwujudan pelarutan diri pada hal-hal yang amat di cintai oleh Tuhanmu
dalam mengemban amanah bertiupnya angin demokrasi di Negara kesatuan Republik
Indonesia . oleh sebab itu mari kita renungi hidup ini sejenak (Tahan nafas
dalam-dalam hitung sampai tujuh belas kali kemudian keluarkan melalui mulut
berlahan-lahat, dan rasakan )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar